Rabu, 24 Februari 2010

Tolong Maafkan Aku, Kawan..

Tolong Maafkan Aku, Kawan..


Dua orang sahabat karib sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir :

HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU.


Mereka terus berjalan,. Sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya mencoba berenang namun nyaris tenggelam, tapi berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya hilang, dia menulis di sebuah batu :

HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU.


Orang yang menolong dan menampar sahabatnya bertanya, “Kenapa setelah saya melukai hatimu, kamu menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulisnya di atas batu?”

Temannya sambil tersenyum menjawab, “Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita agar tidak bisa hilang tertiup angin.

Cerita di atas, bagaimanapun tentu saja lebih mudah dibaca disbanding diterapkan. Begitu mudahnya kita memutuskan sebuah pertemanan “hanya” karena sakit hati atas sebuah perbuatan atau perkataan yang menurut kita keterlaluan hingga menyakiti hati kita. Sebuah sakit hati lebih perkasa untuk merusak dibanding begitu banyak kebaikan untuk menjaga. Mungkin itu memang bagian dari sifat buruk kita.

Karena itu, seseorang pernah memberi tahu saya apa yang harus saya lakukan ketika saya sakit hati. Beliau mengatakan ketika sakit hati yang paling penting adalah melihat apakah memang orang yang menyakiti hati kita itu tidak kita sakiti terlebih dahulu. Bukankah sudah menjadi kewajaran sifat orang untuk membalas dendam? Maka sungguh sangat bisa jadi kita telah melukai hatinya terlebih dahulu dan dia menginginkan sakit yang sama seperti yang dia rasakan. Bisa jadi juga sakit hati kita karena kesalahan kita sendiri yang salah dalam menafsirkan perkataan atau perbuatan teman kita. Bisa jadi kita tersinggung oleh perkataan sahabat kita yang dimaksudkannya sebagai gurauan.

Namun demikian, orang yang bijak akan selalu mengajari muridnya untuk memaafkan kesalahan-kesalahan saudaranya yang lain. Tapi ini sungguh sangat berat. Karena itu, beliau mengajari untuk “menyerahkan” sakit itu kepada Allah yang begitu jelas dan pasti mengetahui bagaimana sakit hati kita dengan membaca doa, “Ya Allah, balaslah kebaikan siapapun yang telah diberikannya kepada kami dengan balasan yang jauh dari yang mereka bayangkan. Ya Allah, ampuni kesalahan-kesalahan saudara-saudara kami yang pernah menyakiti hati kami.”

Karena itu Saudara-saudaraku, mungkin orang lain pernah menyakiti hatimu dan kamu tidak membalas, dan mungkin juga kamu menyakiti hati orang lain tersebut karena orang tersebut telah menyakitimu. Tapi yang orang tersebut takutkan adalah kalian tidak mau memaafkannya. Sungguh Sudara-saudaraku, dosa-dosa orang tersebut kepada Tuhannya telah menghimpit kedua sisi tulang rusuknya hingga menyesakkan dada.

Saudara-saudaraku, jika kalian tidak sanggup mendoakannya agar ia ada di hadapan-Nya, maka ikhlaskanlah segala kesalahan-kesalahannya. Tolong jangan tambahkan kehinaan pada dirinya dengan mengadukan kepada Tuhan bahwa orang tersebut telah menyakiti hatimu. Tolong, sekalipun jangan. Tolong, MAAFKAN. Maha Besar Allah dan segala maaf-Nya.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons